Beternak Ayam Buras





PENDAHULUAN
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan yang mampu tumbuh cepat sehingga mampu menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (antara 4-6 Minggu). Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 80-an. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Broiler mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber protein hewani.

KONDISI TEKNIS YANG IDEAL
1. Lokasi Kandang
Kandang yang ideal adalah membuhur dari barat ke timur
Lokasi kandang jauh dari pemukiman penduduk
Sarana transportasi mudah dijangkau dan
Sarana air mudah didapat.
2. Pergantian Udara Dalam Kandang
Ventilasi kandang harus baik agar sirkulasi udara lancar karena ayam mrmbutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida sedangkan kotoran ayam sendiri menghasilkan gas amonia yang apabila terlalu banyak amonia dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
3. Suhu Ruang Dalam Kandang
Suhu ideal kandang dalam pemeliharaan ayam broiler tergantung dari umur:
Umur (hari) Suhu ( 0C )
01 – 07 34 – 32
08 – 14 29 – 27
15 – 21 26 – 25
21 – 28 24 – 23
29 – 35 23 – 21



PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami tiga hal yaitu: manajemen (pengolahan usaha peternekan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan/pakan ternak).
Penyiapan Sarana dan Prasarana
Perkandangan
Idealnya meliputi: trmperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan dan pemansan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapatkan sinar matahari pagi dan tidak melawan arah angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu memakai kandang box/ditirai dengan plastik/ terpal, luas disesuaikan dengan kepadatan ayam setelah umur dewasa perilaku tirai disesuakan dengan kondisi ayam jika dingin/angin tirai ditutup dan sebaliknya.
Peralatan
1. Litter (alas lantai)
alas lantai harus dalam keadaan kering, tebal sekitar 10cm dengan bahan dari sekam/kulit padi.
2. Indukan atau Brooder
Ini dapat dibuat dengan berbentuk bundar atau persegi dengan areal jangkauan 1-4 meter dengan alat pemans ditengah yang fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayam yang masih kecil.
3. Tempat makan dan minum
Tempat makan dan minum disesuakan dengan populasi ayam.
4. Peralatan
alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayan seperti suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil dan lain-lain.

BIBIT/DOC
Bibit yang baaik mempunyai ciri:
1. Sehat dan aktif bergerak
2. Tubuh gemuk
3. Bulu bersih dan kelihatan mengkilap
4. Hidung bersih, Mata tajam dan berdih serta anus berdih.
Sementara Jenis DOC yang banyak beredar di pasaran diantaranya Platinum, CP707, Super Chick dll

PEMELIHARAAN
1. Pemberian pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi)
Untuk pemberian pakan ayam broiller ada dua tahap yaitu starter/tahap pertumbuhan umur 1-20 hari, yang harus mengandung kadar protein minimal 23 %, dan finisher/tahap penggemukan umur diatas 20 hari, yang memakai pakan berkadar protein 20%. Jenis pakan biasanya tertulis pasa kemasannya, Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.

Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3120 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam hasil panen = 1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan

2. Pemberian minum
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
Fase starter (umur 1-20 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air
Fase finisher (umur diatas 20 hari), minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekorterkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor.

PEMELIHARAAN KANDANG
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

VAKSINASI
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 umur 14 dengan vaksin gumboro dengan dicampur minum/suntikan dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

PENYAKIT DAN HAMA
PENYAKIT
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3. Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
4. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai

HAMA
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

SANITASI / CUCI KANDANG
Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya

No comments: