BUDIDAYA CACING TANAH LUMBRICUS RUBELLUS SKALA BESAR

Cacing Tanah Lumbricus rubellus

BUDIDAYA CACING TANAH Lumbricus rubellus

PENDAHULUAN "TMO" Sumber Agung telah membudidayakan jenis cacing tanah Thailand mulai tahun 2005. Cacing ini berasal dari Negara Thailand yang mempunyai iklim tropis seperti di Indonesia. Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan salah satu dari sekian banyak jenis cacing tanah yang ada di bumi ini. Secara langsung maupun tidak langsung cacing tanah ini banyak berperan dalam kehidupan manusia, mulai dari sebagai pakan ternak, obat, kosmetik penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga sebagai bahan tambahan makanan manusia. Dari manfaat tersebut, kini cacing tanah Lumbricus rubellus mulai dilirik dibudidayakan karena perkembananya sangat cepat dan keuntungannya yabg tidak sedikit. Dari kebutuhan pasar luar negeri tercatat kebutuhan cacing tanah cukup besar, Korsel misalnya membutuhkan cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam. Untuk keperluan pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina cacing tanah sebagai obat tradisional, di Perancis dan Italia dijadikan bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit, sementara di Jepang dan beberapa Negara Eropa dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri cacing tanah ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.

CIRI-CIRI CACING TANAH

  • Cacing tanah tergolong dalam kelompok hewan avertebrata.
  • Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin.
  • Pada tiap segmen terdaoat rambut yang keras yang disebut seta (chaeta)
  • Cacing tanah sangat menyukai bahan organik yang berasal dari kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan.
  • Hasil dari budidaya cacing tanah diantaranya casting. Casting mampu menigkatkan kualitas produksi dan mendongkrak kuantitas produk pertanian.
  • Lama siklus hidup cacing tanah sangat tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan dan jenis cacing tanah. Pada kualitas yang baik dapat hidup selama 5 th bahkan 15 th.

Peralatan dan Perlengkapan yang Dibutuhkan

Untuk menunjang kegiatan produksi cacing tanah, dibutuhkan beberapa perlengakan dan peralatan yang mudah diperoleh pada lingkungan sekitar kita dan banyak dijual di toko peralatan pada umumnya:
  • Wadah untuk memelihara cacing, dapat memakai papan kayu atau bahan dari plastik maupun dari bak beton. Untuk kotak jangan lupa melubangi bagian bawah kotak sehingga dapat menampung pupuk cair yang keluar, untuk bak beton dibuat saluran air untuk menampung pupuk cair.
  • Media hidup cacing dari kompos maupun kotoran ternak yang sudah difermentasi Sampah sisa makanan atau sampah organik lainnya.
  • Ember dengan penutup.
  • Penutup kotak cacing yang dapat dibuat dari kayu dan kawat jaring.
  • Minyak atau oli untuk menghalau serangga yang tidak diinginkan, misalnya: semut, kecoa, dll.
  • Sarung tangan karet.
  • Bibit cacing tanah.
  • Lokasi yang terlindung dari hujan dan sinar matahari yang berlebihan.

CARA PEMBUDIDAYAAN

  • Persiapan: wadah (dapat berupa bak dll), Bibit Cacing dan Makanan/media hidup cacing (kotoran yang telah difermentasikan)
  • Pemeliharaan cacing tanah dapat dilakukan melalui sistem tebar dalam gundukan atau sistem bak beton yang ditebarkan dengan kepadatan tebar 2 kg cacing tanah untuk tiap meter persegi setebal 15 cm
  • Masukkan kompos setinggi 15 cm ke dalam kotak Pemeliharaan secara merata.
  • Tambahkan sedikit air ke dalam media hingga cukup basah dan gembur.
  • Aduk semuanya hingga tercampur merata. Anda dapat menggunakan sarung tangan yang telah disiapkan jika merasa jijik.
  • Perlahan masukkan bibit cacing tanah ke dalam kotak pemeliharaan.
  • Pemeliharaan cacing tanah meliputi penyiraman media jika kelembaban media kurang.
  • disamping menjaga kelembaban penyiraman juga bertujuan menjaga suhu media. Pencegahan hama dan pengganggu cacing tanah selama proses pemeliharaan sangat penting untuk diperhatikan.
  • Pengontrolan kondisi media dapat dilakukan secara teratur sesuai dengan jumlah yang diberikan untuk mengetahui apakah cacing tanah terus memakan media, jika media telah habis dimakan perlu ditambahkan media baru sebagai lapisan tambahan diatas media lama.
  • Satu minggu sebelum panen, penyiraman diberhentikan dan tidak perlu menambahkan media baru.
  • Pemanenan dilakukan dengan cara mengeruk permukan media yang telah berubah menjadi casting. Penyortiran cacing dilakukan secara manual dengan tangan atau ayakan plastik.
  • Cacing tanah yang telah disortir sementara ditampung dikotak pemeliharaan kesehatan tersendiri sekaligus diberikan pakan.
  • Casting yang dihasilkan dapat langsung ditebarkan dilahan pertanian sedangkan kalau tidak langsung ditebarkan dapat dikeringkan untuk mempermudah penyimpanan.
  • Cara diatas adalah cara budidaya cacing tanah skala kecil untuk budidaya cacing tanah skala besar klik disini atau datang lansung ke alamat kami

Gbr: telur cacing tanah
CARA MENGETAHUI APAKAH CACING MERASA NYAMAN DI MEDIA HIDUPNYA Anda dapat memperhatikan perilaku cacing-cacing tersebut untuk mengetahui tingkat kenyamanan kotak pemeliharaan. Jika cacing masuk ke dalam media, maka cacing cukup merasa nyaman dengan kotak pemeliharaan. Sebaliknya, jika cacing-cacing tersebut mencoba naik ke pemukaan, itu tandanya kotak pemeliharaan kurang nyaman untuk mereka.Ketidaknyamanan cacing pada media pemeliharaan biasanya dikarenakan kurangnya kelembaban, kurangnya ventilasi, atau ada zat pencemar yang tidak disukai cacing, seperti zat kimia tertentu dalam media. Hal-hal Lain yang Perlu Diketahui dalam Budidaya Cacing Tanah Cacing sangat bagus dalam memanfaatkan sisa makanan untuk diubah menjadi pupuk yang disebut CASTING & Pupuk Cair yang sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah. Tapi perlu diingat: cacing adalah makhluk hidup yang memerlukan perhatian yang cukup dalam peme­liharaannya. Jangan berikan cacing makanan yang dapat membuat cacing sakit. Benda-benda yang tidak boleh masuk dalam media pemeliharaan: * Ampas kopi atau teh * Minyak atau bahan yang berminyak * Bahan yang mengeluarkan bau keras * Sabun atau bahan kimia * Tulang atau daging * Buah yang masam (jeruk) * Garam atau gula * Cabai Berapa banyakkah cacing makan? Makanan cacing tanah dalah sehari kurang lebih sama dengan berat cacing pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali. Cara memberi makan cacing * Cara memberi makan cacing * Potong kecil-kecil makanannya (perhatikan bahan-bahan yang dilarang) * Simpan dalam ember tertutup selama 2-3 hari agar terfermentasi * Buatlah lubang pada media dan masukkan makanan dari ember tadi * Tutup lagi dengan media perlahan-lahan (hindari alat yang tajam) Cara menjaga kelembaban kotak pemeliharaan Tambahkan kompos dan aduk-aduk, jaga jangan sampai media menjadi padat.Jika terlihat kering tambahkan makan­an yang banyak mengandung air atau disiram air. Hewan-hewan Penggangu dalam budidaya Cacing tanah
  • Tikus
  • Semut
  • Ayam
  • Bebek
  • Kadal
  • Katak
CASTING CAIR Demikian pembahasan mengenai budidaya cacing tanah Lumbricus rubellus di TMO Sumber Agung, semoga bermanfaat bagi kita. Untuk info lebih lanjut dapat hubungi kami di win82w@yahoo.com Dk. Sidorejo Rt 06 Ds. Mojodoyong Kec Kedawung Kab. Sragen
Gbr: Cacing tanah jenis Lumbricus rubellus
Gbr: Telur Cacing
Gbr: Tempat Budidaya Cacing tanah skala besar
Gbr: Cacing di tutup untuk menjaga kelembaban dan tidak terkena cahaya/panas
TMO Sumber Agung Sidorejo Mojodoyong Kedawung Sragen win82w@yahoo.com

Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Semarang

Pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2009 sejumlah 35 petani dan petugas Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Semarang mengunjungi TMO Sumber Agung Sidorejo Mojodoyong Kedawung Sragen dengan didampingi petugas dinas Pertanian Kab Sragen guna mengadakan studi banding mengenai pembuatan pupuk organik butiran dan budidaya cacing tanah Lumbricus rubellus.

Para petani sangat antusias mendengarkan arahan dari Bp. Tarmin selaku pimpinan TMO Sumber Agung dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang intinya mengenai proses/tahap pembuatan pupuk organik dari awal sampai siap untuk di pasarkan. Mereka takjub kok bisa budidaya cacing bisa sebanyak itu? Dan bp. Tarmin menekankan bahwa budidaya cacing yang kami pelihara sementara ini hanya untuk penghasil pupuk organik yang kualitasnya sangat bagus dan proses fermentasi pupuk organik yang paling cepat, karena dalam sehari semalam mampu mengolah pupuk organik sebanyak berat badan cacing itu sendiri. Setelah mendengarkan arahan dilanjutkan ke area produksi pupuk organik dan tempat pembudidayaan cacing tanah.



Cacing Untuk Obat

Cacing Untuk Obat? mungkin bagi yang belum mengetahui khasiat cacing tanah ini merasa jijik untuk mengkonsumsi cacing tanah sebagai obat. Cacing bisa digunakan sebagai obat secara mentah asalkan bersih, caranya cacing dipuasakan selama beberapa jam biar perutnya bersih dari kotoran. Kemudian dicuci pakai air. Jika berani makan mentah malah bagus, namun jika tidak bisa dimasukkan kapsul.
Untuk menjadikan kapsul perlu beberapa cara yaitu setelah cacing dibersihkan cacing tersebut di oven dengan suhu tertentu dan setelah kering digiling dijadikan bubuk dan baru dimasukkan ke kapsul.
Beberapa penyakit yang sudah terbukti dapat disembuhkan oleh khasiat cacing tanah:
  • Hepatitis B caranya dikombinasikan dengan ramuan rempah-rempah yaitu daun samiloto (pahitnya luar biasa).
  • Dapat menyembuhkan mata minus silindris yang sangat sulit disembuhkan.
  • Penyakit thypus, kalau menggunakan obat kimia sulit disembuhkan secara total, namung dengan khasiat cacing tanah dapat disembuhkan secara total.
  • Bagi remaja yang sakit saat haid.
  • Struk ringan
  • Menurunkan kadar kolesterol
  • Meningkatkan daya tahan tubuh
  • Menurunkan tekanan darah tinggi
  • Meningkatkan nafsu makan
  • Mengubati infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag
  • Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti: batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBC
  • Mengurangi sengal-sengal akibat keletihan maupun akibat reumatik
  • Menurunkan kadar gula dalam darah penderita diabetes
  • Mengubati buasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi. (diolah dari beberapa sumber).

Beternak Ayam Buras





PENDAHULUAN
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan yang mampu tumbuh cepat sehingga mampu menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (antara 4-6 Minggu). Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 80-an. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Broiler mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber protein hewani.

KONDISI TEKNIS YANG IDEAL
1. Lokasi Kandang
Kandang yang ideal adalah membuhur dari barat ke timur
Lokasi kandang jauh dari pemukiman penduduk
Sarana transportasi mudah dijangkau dan
Sarana air mudah didapat.
2. Pergantian Udara Dalam Kandang
Ventilasi kandang harus baik agar sirkulasi udara lancar karena ayam mrmbutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida sedangkan kotoran ayam sendiri menghasilkan gas amonia yang apabila terlalu banyak amonia dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
3. Suhu Ruang Dalam Kandang
Suhu ideal kandang dalam pemeliharaan ayam broiler tergantung dari umur:
Umur (hari) Suhu ( 0C )
01 – 07 34 – 32
08 – 14 29 – 27
15 – 21 26 – 25
21 – 28 24 – 23
29 – 35 23 – 21



PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami tiga hal yaitu: manajemen (pengolahan usaha peternekan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan/pakan ternak).
Penyiapan Sarana dan Prasarana
Perkandangan
Idealnya meliputi: trmperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan dan pemansan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapatkan sinar matahari pagi dan tidak melawan arah angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu memakai kandang box/ditirai dengan plastik/ terpal, luas disesuaikan dengan kepadatan ayam setelah umur dewasa perilaku tirai disesuakan dengan kondisi ayam jika dingin/angin tirai ditutup dan sebaliknya.
Peralatan
1. Litter (alas lantai)
alas lantai harus dalam keadaan kering, tebal sekitar 10cm dengan bahan dari sekam/kulit padi.
2. Indukan atau Brooder
Ini dapat dibuat dengan berbentuk bundar atau persegi dengan areal jangkauan 1-4 meter dengan alat pemans ditengah yang fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayam yang masih kecil.
3. Tempat makan dan minum
Tempat makan dan minum disesuakan dengan populasi ayam.
4. Peralatan
alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayan seperti suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil dan lain-lain.

BIBIT/DOC
Bibit yang baaik mempunyai ciri:
1. Sehat dan aktif bergerak
2. Tubuh gemuk
3. Bulu bersih dan kelihatan mengkilap
4. Hidung bersih, Mata tajam dan berdih serta anus berdih.
Sementara Jenis DOC yang banyak beredar di pasaran diantaranya Platinum, CP707, Super Chick dll

PEMELIHARAAN
1. Pemberian pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi)
Untuk pemberian pakan ayam broiller ada dua tahap yaitu starter/tahap pertumbuhan umur 1-20 hari, yang harus mengandung kadar protein minimal 23 %, dan finisher/tahap penggemukan umur diatas 20 hari, yang memakai pakan berkadar protein 20%. Jenis pakan biasanya tertulis pasa kemasannya, Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.

Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3120 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam hasil panen = 1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan

2. Pemberian minum
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
Fase starter (umur 1-20 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air
Fase finisher (umur diatas 20 hari), minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekorterkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor.

PEMELIHARAAN KANDANG
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

VAKSINASI
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 umur 14 dengan vaksin gumboro dengan dicampur minum/suntikan dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

PENYAKIT DAN HAMA
PENYAKIT
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3. Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
4. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai

HAMA
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

SANITASI / CUCI KANDANG
Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya

Manfaat Cacing Tanah

Oleh : Dr Rochajat Harun Med.

KabarIndonesia - Beberapa waktu yang lalu di Televisi swasta pernah diberitakan, bahwa di salah satu rumah makan di Jawa Timur, disajikan lauk pauk yang berasal dari cacing tanah. Banyak pelanggan yang menyukainya, bahkan jadi pelanggan tetap. Menurut mereka, selain enak dan gurih, juga bisa meningkatkan vitalitas, badan terasa lebih segar, nyaman dan bisa meningkatkan ereksi alat vital.

Menurut para ahli pengobatan China, ternyata cacing tanah ini telah lama digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit kronis, terutama untuk penyakit tifus, bahkan telah diramu dalam bentuk kapsul, maupun dikeringkan. Biasanya tersedia di toko-toko China.

Saya mencoba mencari informasi dari beberapa literatur, bahkan berwawancara langsung dengan para pengguna maupun pengelola pengobatan alternatif ini. Hasilnya, saya sajikan dalam tulisan berikut ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Cacing tanah, ternyata bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, He­wan ini tampak begitu lunak dan bagi sebagian orang menganggap sangat men­jijikan. Akan tetapi hewan ini mempu­nyai potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Cacing tanah ter­masuk hewan tingkat rendah karena ti­dak mempunyai tulang belakang (in­vertebrata). Di Indonesia, cacing tanah dikenal ada tiga jenis, yaitu cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot.

Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala. Se­orang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah pe­rutnya bumi.

Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari Mesir, bahkan petaninya di­larang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.

Dalam catatan klasik Tiongkok, ca­cing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala me­reka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-ma­cam penyakit.

Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah meng­habiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan ca­cing tanah. la menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-­temurun, bahwa cacing tanah dapat me­ningkatkan kesuburan tanah pertanian.

Di Indonesia, manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai pakan ternak atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga bermanfaat sebagai bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan seba­gai makanan manusia.

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Ca­cing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pa­sir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menye­babkan bahan organik akan tercampur lebih merata.

Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli perta­nian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar ki­miawi kotoran cacing dan tanah asli­nya banyak perbedaannya.

Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena akti­vitas cacing tanah, maka N, P, K ter­sedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.

Tahun 1949 Stockli dalam penelitian­nya menjelaskan, bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul be­kas tambang di Ohio (Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.

Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi ke­suburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Se­lain itu cacing tanah juga dapat mening­katkan daya serap air permukaan.

Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drai­nase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu peng­angkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permu­kaan dan mencampurkan tanah dari ba­han organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memper­baiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gem­bur.

Di kota-kota besar, sampah merupakan salah satu masalah yang rumit. Untuk memusnahkannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mengatasinya, beberapa kota besar di luar negeri telah mencoba memanfaatkan cacing tanah. Ternyata cacing tanah mempunyai ke­mampuan yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik.

Dari hasil penelitian para ahli makan­an ternak, ternyata selain tepung ikan, cacing tanah pun bisa digunakan untuk pakan ternak dan ikan. Menurut me­reka, kadar protein cacing tanah lebih tinggi dibanding dengan tepung ikan. Selain itu kandungan asam aminonya paling lengkap, tidak berlemak, mudah dicerna dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai.

Dalam dunia pengobatan tradisional Tiongkok, cacing tanah digunakan da­lam ramuan untuk menyembuhkan ber­bagai penyakit, antara lain meredakan demam, untuk penderita tekanan darah tinggi, bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi, dan juga dapat menyembuhkan tifus.

Di negara-negara industri maju, ca­cing tanah sudah dimanfaatkan dalam bidang kosmetika. Minyak hasil eks­traksi cacing tanah dapat digunakan sebagai pelembab.

Penggunaan cacing tanah sebagai ma­kanan manusia pada umumnya dicam­pur dengan makanan lain. Di Filipina, cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk membuat perkedel. Di negara itu cacing tanah sudah mulai disukai sebagai santapan yang lezat.

Mungkin saja bagi anda yang belum pernah mencoba hidangan atau pengobatan yang berasal dari cacing tanah ini, ada yang merasa risi atau jijik. Sama halnya dengan mengkonsumsi air kencing, kecoa, cicak, empedu binatang melata, dan sebagainya. Tapi apa salahnya apabila mencobanya, daripada mengkonsumsi obat-obatan kimia, yang tentunya punya risiko terhadap kerusakan/ penyakit ginjal. Semoga! (*)

sumber: http://www.kabarindonesia

Efek Antipiretik Ekstrak Cacing Tanah

Dondin Sajuthi, Elly Suradikusumah,
dan Marcus Ardian Santoso

Cacing tanah di dunia telah teridentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut, ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau di long), yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Lumbricus rubellus telah banyak dibudidayakan di Indonesia, sedangkan Ph. aspergillum belum banyak dibudidayakan.

Jika kita pergi ke toko obat Cina untuk mencari obat demam atau tifus, penjual akan menyarankan supaya menggunakan cacing kering untuk direbus dan diminum airnya, atau kalau tidak suka dengan baunya yang cukup menyengat, bisa memakan dalam bentuk kering yang sudah dimasukkan dalam kapsul.

Cacing kering yang diberikan itu adalah jenis Ph. aspergillum. Cacing tanah menarik perhatian karena dalam keadaan yang buruk sekalipun mereka bisa bertahan hidup.

Media vermikultur pun menggunakan kotoran sapi. Dari hal itu pasti cacing tanah memiliki senyawa kimia yang unik dalam tubuhnya yang mampu mempertahankan dirinya dari keadaan yang buruk dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk kebaikan manusia.

Kandungan senyawa kimia cacing tanah memang unik. Kadar protein cacing tanah sangat tinggi, yaitu 58 persen hingga 78 persen dari bobot keringnya (lebih tinggi daripada ikan dan daging) yang dihitung dari jumlah nitrogen yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, cacing tanah rendah lemak, yaitu hanya 3 persen hingga 10 persen dari bobot keringnya. Protein yang terkandung dalam cacing tanah mengandung asam amino esensial dan kualitasnya juga melebihi ikan dan daging.

Oleh karena itu, di Jepang, Hongaria, Thailand, Filipina, dan Amerika Serikat, cacing tanah sudah dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia selain digunakan untuk ramuan obat baik untuk pencegahan maupun pengobatan dan bahan kosmetik.

Demam merupakan gejala awal berbagai penyakit manusia. Penyebab demam bisa berbagai macam, tetapi umumnya gejala peningkatan suhu tubuh harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan efek lain yang lebih berbahaya.

Demam dapat terjadi karena peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Jika sel tubuh terluka oleh rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, atau parasit, membran sel yang tersusun oleh fosfolipid akan rusak.

Salah satu komponen asam lemak fosfolipid, yaitu asam arakidonat, akan terputus dari ikatan molekul fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arakidonat akan membentuk prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase.

Prostaglandin inilah yang merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Gejala demam dapat diatasi dengan obat antipiretik.

Ketika gejala demam muncul, umumnya orang akan menggunakan parasetamol untuk mencegah kenaikan suhu tubuh lebih lanjut.

Parasetamol memang obat antipiretik umum. Harganya terjangkau dan mudah didapat. Hanya saja, obat ini juga cukup banyak efek sampingnya. Selain itu, parasetamol hanya mengurangi gejala demam saja tanpa "membunuh" akar penyebab demam tersebut.

Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman karena komponen kimia cacing tanah tidak menimbulkan efek toksik bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Satu-satunya efek toksik cacing tanah adalah cacing tanah dapat mengakumulasi logam berat yang ada pada tanah dalam tubuhnya. Cacing tanah dapat menoleransi logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

Namun, hal ini dapat diatasi dengan vermikultur, yaitu membuat media tumbuh yang baik bagi cacing tanah. Penampakan tubuh cacing tanah yang tercemar pun mudah dibedakan dengan yang normal.

Pengujian ekstrak cacing tanah untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukan menggunakan hewan coba tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak. Suhu normal tikus putih mirip dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat celsius. Tikus putih yang sudah demam diobati dengan ekstrak cacing tanah dan parasetamol sebagai kontrol. Setelah didemamkan, suhu tubuh tikus putih diukur dan diamati pergerakan suhunya.

Kelompok tikus putih yang tidak diberi pengobatan meningkat suhunya hingga perbedaannya rata-rata 1,8 derajat celsius dari suhu normalnya, sementara yang diberi ekstrak cacing tanah hanya meningkat suhunya hingga perbedaannya 0,8 derajat celsius.

Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan suhu tikus putih yang didemamkan dapat ditahan oleh ekstrak cacing tanah. Bahkan, ketika telah dipisahkan senyawa aktifnya secara kasar, kenaikan suhu tikus putih yang didemamkan dapat ditahan hingga 0,4 derajat celsius saja. Efek ekstrak L. rubellus maupun Ph. aspergillum tidak menunjukkan perbedaan nyata.

Senyawa golongan alkaloid

Dari serangkaian pengujian kimia diketahui bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid. Pengujian memang belum dapat menentukan nama senyawanya secara tepat. Golongan senyawa alkaloid mempunyai ciri mengandung atom nitrogen (bandingkan dengan struktur parasetamol yang juga memiliki atom nitrogen) dan bersifat basa (pH lebih dari 7).

Contoh alkaloid yang paling terkenal adalah nikotin dari tembakau. Seperti umumnya senyawa aktif, jika dikonsumsi berlebihan, dapat menjadi racun juga. Golongan alkaloid memang sudah banyak ditemukan dari ekstrak tumbuhan maupun hewan dan sebagian besar di antaranya memiliki efek farmakologis.

Ekstrak tumbuhan yang dikenal dapat menurunkan gejala demam seperti kina juga mengandung alkaloid sebagai senyawa aktifnya. Adanya senyawa alkaloid yang aktif dari cacing tanah ini juga sesuai dengan kadar N yang sangat tinggi dari cacing tanah seperti disebut di atas. Selain itu pH ekstrak cacing tanah kedua spesies di atas 7.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan efek antibakteri dari ekstrak cacing tanah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa dalam kasus penyakit tifus, ekstrak cacing tanah bisa bekerja dari dua sisi, yaitu membunuh bakteri penyebabnya sekaligus menurunkan demamnya. Jika ekstrak cacing tanah bisa menurunkan demam dengan baik, mungkin ekstrak ini juga bisa berperan dalam penyembuhan penyakit SARS yang marak belakangan ini walaupun memang harus diteliti lebih jauh lagi karena karakteristik bakteri dan virus sangat berbeda.

Akan tetapi, setidaknya untuk pertolongan pertama masih memungkinkan untuk meredakan demam tinggi yang merupakan gejala awal penyakit sindrom akut tersebut.

Prof Dr drh Dondin Sajuthi, Ir Elly Suradikusumah MS, dan Marcus Ardian Santoso SSi Jurusan Kimia FMIPA IPB


Sumber: http://www2.kompas.com